Blog ini menyediaakan berbagai macam Aneka Artikel tentang dunis kesehatan, semoga yang sedikit ini membawa banyak manfaat bagi kita semua.
 

TELAAH KEPUSTAKAAN Penatalaksanaan Pitiriasis Versikolor

TELAAH KEPUSTAKAAN
Penatalaksanaan Pitiriasis Versikolor
dr. MOH. IFNUDIN. SpKK.

PENDAHULUAN
Pitiriasis versikolor merupakan penyakit infeksi jamur superficial kronis pada stratumkorneum kulit yang disebabkan oleh ragi yang lifofilik disebut malassezia furfur (pityrosporum ovale atau pityrosporum orbiculare). Sinonimnya  adalah Tinea versikolor, dermatomikosis fururasea, kromifitosis, tinea flava, liver spots.
Jamur tersebut merupakan bagian dari flora normal kulit manusia dengan koloni terbesar pada daerah kulit kepala, ektremitas atas dan pelipatan tubuh dan tidak dapat menyerang rambut, kuku dan mukosa.
Penyakit ini ditemukan pertama kali pada tahun 1846 oleh Eichtedt dan Sluyter pada tahun 1847 yang menyebutkan bahwa kelainan ini disebabkan oleh jamur malassezia pada tahun 1889 menyebut jamur penyebabnya adalah malassezia furfur yang merupakan nama yang tepat untuk jamur penyebab penyakit ini. Pityrosporum orbiculare adalah sinonimnya dan Pityrosporum ovale merupakan varian dalam pembiakan M. furfur. Istilah tinea versikolor merupakan istilah yang salah karena diduga dahulu penyakit ini disebabkan oleh dermatofita.
Gejala klinis Pitiriasis versikolor sangat mudah untuk didiagnosa denga warna lesi tergantung pada pigmentasi normal individu yang terkena. Ada dua bentuk klinis yang dapat ditemukan yaitu bentuk makular dan bentuk papular.
Pada bentuk makular berasal dari lesi kecil multipel, yang makin membesar dengan skuama tipis diatasnya. Beberapa lesi dapat bergabung menjadi satu bentuk  yang besar. Sedangkan bentuk papular  biasanya mengelilingi folikel rambut (peri folikuler).
Martin AG membagi infeksi M. furfur dalam 3 gejala klinik yaitu lesi papolosquamosa, folikulitis dan tinea versikolor inversa
Keluhan utama penderita biasanya karena masalah kosmetik, di mana pada bagian kulit yang terinfeksi jamur terjadi perubahan warna karena gangguan proses pigmentasi.
Gangguan proses pigmentasi disebabka oleh karena jamur tersebut atau produk yang dikeluarkan dapat menyaring sinar matahari dan mempengaruhi proses pembentukan melanin.
Pitiriasis versikolor dapat menyerang hampir semua umur, terutama pada remaja, terbanyak usia 16  - 40 tahun. Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita. Penyakit ini tersebar diseluruh dunia, terutama di daerah subtropis dan tropis termasuk Indonesia. Insiden Pityriasis versikolor di Indonesia yang akurat belum ada. Hanya diperkirakana 50% dari populasi di Negara tropis terkena penyakit ini.

DIAGNOSIS
            Untuk menetukan diagnosis pitiriasis versikolor  didasarkan pada gejala klinis yang khas, pemeriksaan lampu Wood dan pemeriksaan sediaan langsung dari kerokan lesi.            Pada pemeriksaan lampu wood lesi pitiriasis versikolor tampak berwarna kuning keemasan. Keuntungan penggunaan lampu wood juga dapat menentukan batas lesi dengan jelas yang tidak tampak pada pemeriksaan mata biasa.
            Pemeriksaan sediaan langsung dilakukan dengan larutan KOH 10-30% dicampur denga tinta parker superkrom permanen blue-black  dengan perbandingan 9:1 akan memberikan gambaran elemen jamur berwarna biru. Pengambilan bahan keroken dengan mengunakan scalpel dan gelas objek serta gelas penutup atau dapat menggunakan juga metode yang lebih mudah yaitu plester transparan selulosa dan dilekatkan pada lesi yang diduga terinfeksi. M.furfur. Hasil positif bila ditemukan elemen – elemen jamur berupa hifa yang pendek dan tebal dan spora bergerombol yang besar menyerupai gambaran diagnosis infeksi dermatofita dan kandida, periksaan mikroskopis yang negatif dapat menyingkirkan diagnosis.
            M. furfur tidak mudah untuk dibiarkan dalam media buatan sehingga prosedur ini bukan merupakan prosedur yang rutin dilakukan. Dapat dibiakkan dengan media yang kaya lemak (Sabouroud Dextrose agar dilapisi minyak olive) atau media Tween.

DIAGNOSE BANDING
Dermtitis Seborroik
Pada penyakit ini lesinya berwarna merah kekuningan denga skuama yang lunak dan berminyak pada area – area predisposisi (area Sebooroik).
Pitiriasis Rosea
Gejalanya lebih akut dengan penyebaran yang cepat dan terdapat lesi awal yang lebih besar (“herald spot”).
Sipilis Stadium II
Lesi sipilis stadium ini lebih pucat dengan diameter kurang dari 1 cm dengan penyebaran pada dada, tungkai dan ekstremitas bagian fleksor. Juga didapatkan pembesaran limfa menyeluruh dan tes serologi untuk sipilis yang positif.
Morbus Hensen Tipe BB
Pada lesinya terdapat bagian yang mengalami gangguan rasa (hipo atau anastesi), juga terjadi pembesaran syaraf tepi. 
Eritrasma
Dapat sangat mirip dengan pitirasis versikolor dan mungkin dapat juga timbul bersamaan. Denga pemeriksaan lampu Wood tampak berwarna merah bata (“congo red”).
Vitiligo
Lesi pada vitiligo putih seperti kapur tulis atau susu dengan bentuk serta ukuran bervariasi. Distribusi lesi biasanya simetris. Dengan ditemukan jamur penyebab pada pemeriksaan keroken dapat menyingkirkan kelainan ini.

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pitirisasis versikolor dapat dilakukan secara topical atau sistemik. Dapat juga dilakukan pengobatan pencegahan karena angka kekambuhan penderita ini sangat tinggi yaitu sekitar 60% dalam satu tahun dan 80% dalam dua tahun. Untuk pengobatan topical dapat diberikan :
1.            Suspensi selenium sulfide
Digunakan pada konsentrasi 2,5% dengan cara dioleskan sekali sehari pada area yang terinfeksi, dibiarkan selama 10 menit dan dibilas sengan air segera setelah itu. Cara ini diulang tiap hari selama 7 hari. Kerugian pengobatan ini adalah adanya bau yang menyengat serta rasa panas dikulit setelah obat dioleskan sehingga harus sihindarkan pengobatan lesi pada daerah genitalia. Sanchez et al. menemukan 17% dari 52 penderita pitiriasis versikolor yang diolesi selenium sulfide shampoo mengalami efek samping berupa dermatitis kontak.
2.            Zink Pyrithione
Suatu bahan yang mempunyai efek anti jamur dan anti bakteri yang biasanya terdapat dalam campuran shampoo, ternyata sangat efektif untuk ragi lipofilik seperti M.furfur. shampoo yang mengandung bahan ini dioleskan pada lesi dikulit sekali sehari, didiamkan selama 5 menit, baru kemudian dibilas dan siulang setiap hari selama 2 minggu.
3.            Sodium hiposulfit 20-25%
Dioleskan 2 kali sehari selama 2-4 minggu. Dapat juga digunakan Losio Tinver yang mengandung sodium thiosulfit 25% asam salsilat 1% dan 10% alcohol dengan cara yang sama
4.            Propyleneglicol 50% dalam aqua
Dioleskan pada lesi 2 kali sehari salama 2 minggu. Dapat digunakan pada lesi badan yang luas degan resiko iritasi kulit yang ringan dengan hasil yang baik dan harga yang murah.
5.            Bahan keratolik
Dapat digunakan dalam bentuk cream, ointment, lotio ataupun campuran shampoo dengan konsentrasi asam salsilat antara 3-6% misalkan salep Whitfield, salep 3-10. Dioleskan dua kali sehari-hari selama 2 minggu. Dapat juga dipergunakan sabun yang mengandung asam salisilat.
6.            Obat anti jamur
Dipergunakan dalam bentuk krim atau solusio, yang termasuk di dalamnya adalah semua golongan imidasol, alllamines, siklopiroks, halloprogin dan tolnaftate / tolsiklat. Dioleskan dua kali sehari selama 2-4 minggu dapat menghilangkan lesi pitiriasis versikolor, tetapi dengan biaya yang lebih mahal dan tidak lebih efektif dibanding bahan lainnya. Golongan imidasol ada yang dioleskan 2 kali sehari yaitu klotrimasol, mikonasol, Ekonasol dan ada juga yang dioleskan satu kali sehari yaitu Tiokonasol, Ketokonasol, Bifonasol, Okdikonasol.
7.            Krim asam retinoat
Dioleskan dua kali sehari selama 2 minggu sampai sembuh. Bahan ini baik untuk lesi Pitiriasis versikolor  yang berwarna kegelapan karena mempuyai efek mangambat pembekuan melanin sehingga baik untuk penderita yang sangat malu terhadap adanya lesi Pitiriasis versikoler.
            Faergement menganjurkan dalam memilih pengobatan topical Pitiriasis versikolor, terutama dengan lesi yang luas sebaiknya digunakan bentuk solusio atau shampoo karena lebih mudah dioleskan daripada bentuk krim atau ointment. Disamping dengan pengobatan topical, penatalaksanaan Pitiriasis versikolor dapat juga dilakukan pengobatan sistemik. Indikasi dilakukan pengobatan sistemik versikolor adalah :
  1. Lesi P. versikolor yang resisten terhadap pengobatan topical.
  2. Penderita yang sering relaps
  3. Lesi Pitiriasis versikolor yang luas.
Obat sistemik yang dipergunakan adalah :
  1. Ketoconzole
Merupakan obat anti jamur oral yang efektif dan mempunyai  spectrum anti jamur yang luas.  Dengan dosis 200 mg sehari selama 5 hari  - 5 minggu (rata – rata 10 hari) mempunyai angka kesembuhan sampai 90%. Banyak regimen lain yang dipergunakan dengan angka kesembuhan yang lebih tinggi tetapi menggunakan dosis yang lebih besar dan waktu yang lebih lama. Dengan pengobatan yang singkat efek resiko obat terhadap hati mempunyai resiko yang rendah.
  1. Itraconazole
Merupakan derivat azole yang baru yang efektif dalam pengobatan Pitiriasis versikolor. Dosis yang dianjurkan adalah 200 mg satu kali sehari selama 5 hari. Penyembuhan mikrologis dapat dilihat setelah 3-4 minggu.
Pada penderita yang mempunyai lesi yang mengalami depigmentasi penting diingatkan bahwa lesi-lesi itu akan menetap selama beberapa bulan setelah pengobatan dihentikan, sehingga penderita tidak merasa bahwa pengobatan gagal. Perubahan sifat M.furfur dari saprofit ke pathogen tergantung pada beberapa factor predisposisi yang sulit dihilangkan yang menyebabkan kekronisan penyakit ini. Untuk penderita semacam ini dapat dipertimbangkan pengobatan propilaksis untuk mencegah kekambuhan. Cara yang dianjurkan adalah dengan menggunakan tablet ketokonazole dengan dosis 200 mg selama tiga hari berturut – turut setiap bulan atau 400 mg sekali setiap bulan selama satu tahun.

RINGKASAN
Pitiriasis versikolor merupakan penyakit infeksi jamur superfisial bersifat kronis pada strarumkorneum kulit disebabkan ragi dimorphic lipofilik yang disebut Malassezia furfur.
Diagnosis kelainan ini berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan lampu Wood, dan pemeriksaan mikroskop dengan KOH 10-30% ditambah tinta parker superkhrom permanen blue-black pada bahan keroken lesi.
Penatalaksanaan kelainan ini dapat dengan menggunakan bahan topikal atau dan sistem. Perlu pengobatan pecegahan pada penderita yang sering kambuh.

KEPUSTAKAAN
  1. Rippon JW. Medical mycology : Superficial infection. 3ed. Philadelpia:WB Sauders Co, 1988: 154-9
  2. Hay RJ. Robert SOB, Mckenzie DWR. Mycology. In Champion RH, et a, eds. Texs Book of Dermatology . London : Blackwell Scietific Publication, 1992:1176-86.
  3. Martin AG, Kobayasi YS. Yeat infection: Candidiasis, Pityriasis (Tinea) versicolor In: Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K, et al, eds. Dermatology in General Medicine.  McGraw Hill Inc, 1993: 2452-65.
  4. Arndt K. Manual of Dermatology theapeutics with essential of diagnosis. 5ed. Boston: Little Brown and Company, 1995: 84-6.
  5. Parto Suwiryo S, Danukusuma HAJ, Pitiriasis versikolor. Dalam: Budimulja U, Kuswadji, Basuki S, dkk, eds. Diagnosa dan pelakasanaan dermatokismosis, Jakarta: BP FKUI, 1992: 65-9

 Atau Silahkan Unduh Filanya DiSini
Edting By : EnongXp

0 comments :

Posting Komentar

ALL OF SPACE LINK PAY TO CLIC Or Internet Marketing

JOIN WITH EASYHITS4U The Most Popular Traffic Exchange KLIK ME Please $6.00 Welcome Survey After Free Registration!