Blog ini menyediaakan berbagai macam Aneka Artikel tentang dunis kesehatan, semoga yang sedikit ini membawa banyak manfaat bagi kita semua.
 

POLIP HIDUNG

POLIP HIDUNG

Oleh :
TUTUT SRIWILUDJENG T.
RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto

PENDAHULUAN
Polip nasi adalah lesi abnormal yang berasal dari mukosa hidung atau sinus paranasal. Biasanya merupakan hasil akhir dari berbagai proses penyakit pada rongga hidung. Polip berwarna putih bening atau keabu – abuan, mengkilat, lunak karena banyak mengandung cairan (polip edematosa). Polip yang sudah lama dapat berubah menjadi kekuning – kuningan atau kemerah – merahan, suram dan lebih jenyal (polip fibrosa).
Polip kebanyakan berasal dari mukosa sinus etmoid, biasanya multiple dan dapat bilateral. Polip yang berasal dari sinus maksila sering tunggal dan tumbuh kea rah belakang, muncul dinasofaring dan disebut polip koanal, biasanya keluar dari saluran sinus.
Penyebab dari polip hidung belum jelas, tetapi ada hubungannya dengan alergi, asma, infeksi dan fibrosik. Keluhan pasien yang dating dapat berupa sumbatan pada hidung pada hidung yang makin lama semakin berat, gangguan penciuman dan sakit kepala.
 Penanganan polip merupakan kombinasi dari terapi medikamentosa dan operasi. Indikasi dari pembedahan biasanya karena kegagalan terapi medik.
Tujuan dari makalah ini adalah mengulas mengenai diagnosis dan tatalaksanaan polip hidung.

1.            Insiden
Kejadian pada populasi umum mencapai 4%. Pada anak keadian sangat jarang 0,1% sedangkan pada dewasa 1 – 4%. Menifestasi biasanya terjadi pada usia diatas 20 tahun, lebih sering pada usia 40 tahun sedangkan pada anak dibawah 10 tahun sangat jarang. Rasio pada laki – laki dan perempuan 2 – 4 : 1, sedangkan pada anak belum didapatkan laporan.

2.            Etiologi
Mekanisme dasar terjadinya polip belum diketahui dengan pasti. Beberapa factor yang berperan sebagai penyebab antara lain alergi, radang kronik ketidakseimbangan vasomotor, perubahan polisakarida.
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung belum diketahui dengan pasti tetapi ada keragu – raguan bahwa infeksi dalam hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip. 
Polip berasal dari pembengkakan lapisan permukaan mukosa hidung atau sinus, yang kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip banyak mengandung cairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan eisinofil) dan tidak mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah.

3.            Patofisiologi
Pada tingkat permulaan ditemukan edema mukosa yang kebanyakan terdapat di daerah meatus medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler, sehingga mukosa yang sembab menjadi polipoid. Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar dan kemudian akan turun ke dalam rongga hidung sambil membentuk tangkai, sehingga terbentuk polip.
Polip di kavum nasi terbentuk akibat proses radang yang lama. Penyebab tersering adalah sinusitis kronik dan rhinitis alergi. Dalam jangka waktu yang lama, vasodilatasi lama dari pembuluh darah submukosa menyebabkan edema mukosa. Mukosa akan menjadi ireguler dan terdorong ke sinus dan pada akhirnya membentuk suatu struktur bernama polip. Biasanya terjadi di sinus maksila, kemudian sinus etmoid. Setelah polip terus membesar di antrum, akan turun ke kavum nasi. Hal ini terjadi karena bersin dan pengeluaran secret yang berulang yang sering dialami oleh orang yang mempunyai riwayat rhinitis alergi karena pada rhinitis alergi perennial yang banyak terdapat di Indonesia karena tidak adanya fariasi musim sehingga allergen terdapat sepanjang tahun. Begitu sampai dalam kavum nasi, polip akan terus membesar dan bias menyebabkan obtruksi di meatus media.

4.            Gejala klinis
Gejala utama ditimbulkan oleh polip hidung adalah rasa sumbatan di hidung. Sumbatan ini tidak hilang timbul dan makin lama makin berat keluhannya, tergantung pada letaknya dan besarnya polip. Pada sumbatan yang hebat dapat menyebabkan gejala hiposmia atau anosmia. Bila polip ini menyumbat sinus paranasal, maka sebagai  komplikasinya akan terjadi sinusitis dengan keluhan nyeri kepala dan rinore. Bila penyebab adalah alergi, maka gejala yang utama ialah bersin dan iritasi di hidung.
Menifestasi gejala tergantung dari ukuran polip. Polip yang kecil tidak menimbulkan gejala dan biasanya baru diketahui setelah dilakukan pemeriksaan rutin. Gejala akan timbul saat terjadi obtruksi jalan nafas. 
Polip yang massif dapat menyebabkan obtruksi rongga hidung dan nasofaring. Ini yang menyebabkan terjadinya gejala obtruksi saat tidur dan bernafas melalui hidung.

5.            Pemeriksaan
Pemeriksaan dimulai dengan rinoskopi anterior. Untuk anak menggunakan otoskop dan speculum. Otoskop diletakkan pada lubang hidung untuk melihat bagian konka inferior, septum anterior dan area lain pada lubang hidung yang merupakan perluasan dari konka medius dan sebagian septum. Bagian lateral meatus medius hanya dapat dilihat menggunakan rinoskopi anterior.
Pada anak dapat digunakan flexible fiberoptic nasopharyngoscope yang lebih tidak traumatis untuk anak yang tidak kooperatif.
Pada rinoskopi anterior. Untuk anak menggunakan otoskop da speculum. Otoskop  diletakkan pada lubang hidung untuk melihat bagian konka inferior, spektum anterior  dan area lain pada lubang hidung yang merupakan perluasan dari konka medius dan sebagian septum. Bagian lateral meatus medius hanya dapat dilihat menggunakan rinoskopi anterior.
Pada anak dapat digunakan flexible fiberoptic nasopharingoscope yang lebih tidak traumatis untuk anak yang tidak kooperatif.
Pada rinoskopi anterior polip hidung seringkali harus dibedakan dari konka hidung yang menyerupai polip (konka polipoid). Perbedaan antara polip dan konka polipoid ialah bertangkai, mudah digerakkan, kondidtensi lunak, tidak nyeri bila ditekan, tidak mudah berdarah, pada pemakaian vasokonstriktor. (kapas adrenalin) tidak mengecil.





Gambar 2 : Nasal polip pada meatus tengah kanan
Dikutip dari: Drake – Lee AB. Nasal polyps. Hospytal Med 2004;65: 264 – 7

6.            Radiologis
Foto polos sensitif dan tidak bernilai untuk diagnosa polip hidung karena hanya menunjukkan gambaran radioopak pada sinus yang terkena. Kriteria standart untuk mengevaluasi nasal hidung adalah potongan tipis 1 – 3 mm CT scan pada daerah maksilofasial dengan potongan sinus aksial dan koronal. MRI dipakai jika dicurigai ada keterlibatan danperluasan sampai intrakarnial.






Gambar 3 : potongan koronal CT scan, tampak pembesaran pada maksila tengah
Dikutip dari : McClay J Nasal http://emedicine.medscape.com/anticle/994274-overview.

7.            Histologi
Polip tertutup epitel kolumnar bertatah semu, sebagian area berupa apitel skuamus yang mengalami metaplasi dengan dasar membran yang tebal sehingga mengurangi kelenjar mucus, sehingga  epitel memberikan konstribusinya untuk meningkatkan  sekresi mucus. Polip hidung berisi lebih banyak eosinofil, netrofil dan sel plasma dibandingkan dengan mukosa hidung. Mekanisme yang menyebabkan penumpukan eosinofil pada polip hidung belum diketahui.

8.            Penatalaksanaan
Penatalaksanaan polip hidung adalah gabungan dari observasi, medika mentosa dan pembedahan dari kasus per kasus. Secara umum, awalnya pasien mendapat terapi medikamentosa sebelum dilakukan pembedahan oleh spesialis THT. Tujuan dari terapi adalah untuk mengurangi atau menghilangkan besarnya polip hidung sehingga menghilangkan obtruksi memperlancar aliran sinus, memperbaiki fungsi pembauan dan rasa. Terapi gejala rhinitis juga diperlukan.

            Medikamentosa
Pemberian kortikostroid topical terbukti menyembuhkan polip hidung. Hal ini disebabkan oleh pengaruh kombinasi antiinflamasi yang mengurangi infiltrasi eosinofil.
Obat oral misalnya prednisone 50 mg/hari atau deksametason selama 10 hari, kemudian dosis diturunkan perlahan – lahan (tappering off). Suntikan intrapolip, misalnya triamsinolon asetonid atau prednisolon 0,5 cc, tiap 5-7 hari sekali, sampai polipnya hilang. Obat semprot hidung yang mengandung kortikosteroid, merupakan obat untuk rhinitis alergi, sering digunakan bersama atau sebagai lanjutan pengobatan kortikosteroid per oral. Efek sistemik obat ini sangat kecil, sehingga lebih aman.
Pemberian antibiotika untuk infeksi bertujuan mencegah pertumbuhan polip dan mengurangi perdarahan saat operasi. Antibiotik yang diberikan harus sesuai  dengan kuman stafilokokus, streptokokus dan kuman anaerob yang biasanya ada pada snisitis kronis. Pseudomonas aeruginosa biasanya terdapat pada pasien dengan kistik fibrosis, terlebih lagi untuk pasien dengan imunokompromise. Roxitromisin golongan makrolide dilaporkan dapat menghambat fibrosis dan mencegah progesivitas dari polip hidung.

            Pembedahan
Terapi pembedahan digunakan pada kasus yang gagal medikamentosa. Tidak ada satu jenis terapi pembedahan yang terbukti memberikan kesembuhan dan pasien biasanya mendapatkan procedure berulang dan terapi medikamentosa jangka panjang.
Polip ekstraksi merupakan tindakan yang paling sederhana dalam membersihkan polip hidung. Dilakukan dengan pembiusan local ataupun umum dan ekstraksi polip dilakukan dengan jerat polip ataupun forcep Blakesly.
Pada kasus polip yang berulang – ulang, perlu dilakukan operasi etmoidektomi oleh karena umumya polip berasal dari sinus etmoid. Edmoidektomi bertujuan mengangkat semnua jaringan polip dengan semua sellulea etmoid, menjamin drainase labirin etmoid ke rongga hidung dan mencegah komplikasi ke orbita dan sinus frontal dan maksila.
Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (BSEF) dilakukan untuk kasus – kasus dimana polip hidung disertai sinusitis akut maupun kronik dari polip – polip kecil pada meatus medius. Prinsip BSEF adalah membuka dan membersihkan kompleks ostiomeatal sehingga tidak ada lagi hanbatan ventilasi dan drainase. Alat endoskopi yang digunakan adalah endoskopi sinus yang rigid yang dilengkapi dengan teloskop bersudut 25 dan 70 dan mempunyai penghisap.


9.            Evaluasi
Evaluasi dari polip hidung dimulai dari anamnesis gejala pemeriksaan dan penunjang.
















Gambar 1 : Alur evaluasi dan tatalaksanaan polip hidung
Dikutip dari: Naclerio RM, Mackay I: Guidelines for the management of nasal polyposis. In Nasal Polyposys: An infalmmantory Disease and its Treatment. Edited by Mygind N, Lildholdt T. Compenhagen: Muksgaard ; 1997: 177 - 180 

10.        Prognosis
Polip hidung sering tumbuh kembali, oleh karena itu pengobatannya juga perlu ditujukan kepada penyebabnya. Kekambuhan terjadi pada kasus yang berat mencapai 5 – 10%.



Ringkasan
Polip nasi merupakan salah satu penyakit THT yang memberikan keluhan sumbatan pada hidung yang menetap dan semakin lama dirasakan semakin berat.
Pada anamnesis pasien, didapatkan keluhan obtruksi hidung, anosmia, adanya riwayat rhinitis alergi, keluhan sakit kepala daerah frontal atau sekitar mata, adanya secret hidung.
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior ditemukan massa yang lunak, bertangkai, mudah digerakkan, tidak ada nyeri tekan dan tidak mengecil pada pemberian vasokontriktor local.
Penatalaksanaan untuk polip nasi ini bias secara konsevatif maupun operatif, yang biasanya dipilih dengan melihat ukuran polip itu sendiri dan keluhan dari pasien sendiri.
Pada pasien dengan riwayat rhinitis alergi, polip nasi mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk kekambuhan, sehingga kemungkinan pasien harus menjalani polipektomi beberapa kali dalam hidupnya.

DAFTAR PUSTAKA
1.      Mangunkusumo E, Wardani S. Polip hidung. Dalam : Soepardi EA, Iskandar N. Ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga HIdung tenggorokan edisi 6 jakarta : Balai penerbit FK-UI, 2007.h.123 – 124.
2.      McClay J Nasal Polyps 2008 October 22
3.      Hedman J, Kaprio J, Poussa T, et al. Prevelance of asthma, aspirin intolerasce, nasal polyposis and chronic  obstructive pulmonary disease in a population-based study. Int J Epidemiol 1999; 28: 717 – 22.
4.      Drake-Lee AB. Nasal Polip In Mackay IS, Bull Tr, eds. Scott Browns Otolaringology, Vol 4 Rhinology 5 ed. London: Butterwoths, 1987: 142 – 153
5.      Tos M, Sasaki Y, Ohnishi M, Larsen P, Drake-Lee AB. Fireside conference 2. Pathogenesis of nasal polyps. Rhinol Suppl 1992; 14: 181 – 5.
6.      Mygind N. Nasal polyps In: Philips Norman ed. Essential Alergy. An illustrated text for student and specialist. Oxford: Blackwell Scientific publication, 1986; 324 – 328.
7.      Drake-Lee AB. Nasal polyps Hospital Med 2004; 65: 264 – 7.
8.      Linuma T, Hirota Y, Kase Y. Radio-opacity of the paranasal sinuses. Conventional views and CT. rhinology 1994; 32: 134 – 6.
9.      Kim SS, Kim KS, Lee JG, et al.: Levels of intracellular protein and messenger RNA of mucin and lysozyme in normal human nasal and polyp epithelium. Laryngoscope 2000, 110: 276 -280.
10.  Morinaka S, Nakamura H: inflammatory cells in nasal mucosa and nasal polyps. Auris Nasus Larynx 2000, 27: 59 – 64.
11.  Mygind N. Advances medical treatment of nasal polyps. Allergiy 1999; 54: 12 – 16.
12.  Burgel PR, Cardell LO, Ueki IF, et al. intranasal steroids decrease eosinophils but not mucous expression in nasal polyps. Eur resp J 2004; 24: 549 – 600.
13.  Nonaka M, Pawankar R, Tomiyama S, et al. A Macrolide antibiotic, roxithromycin, inhibits the growth of nasal polyps fibroblasts. Am J Rhinol 1999, 13: 267 – 272.
14.  Fokkens W, Lund V, Mullol J; European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps Group. 2007. EP3OS 2007: European position paper on rhinosinusitis and nasal polyps A summary for otorhinolaryngologists. Rhinology 2007; 45: 97 – 10.
15.  Ballantyne, J. Nasal polyposis In: Ballantyne J, Groves J eds Scott Brown’s Diseases of the Ear, Nose and Throat 4 ed The Nose and Sinuses. London; Butterswoths, 1979: 25 – 234.
16.  Montgomery W, Singer M, Hamaker R. Tumor hidung dan sinus paranasal Dalam: Ballanger JJ, ed. Disease of The Nose, Throat, Ear, Head and Neck 13 ed. Philadelphia: Lea and Febigen; 1995: 282 – 293.
17.  Stammberger H. Surgical treatment of nasal polyps: past, present, and future. Allergy 1999; 54: 7 – 11.
18.  Naclerio RM, MacKay I: Guidelines for the management of nasal polyposis In Nasal Polyposis: An Inflammatory Disease and Its treatment. Edited by Mygind N, lildholdt T. Copenhagen: Munksgaard; 1997:177 – 180. 

Atau Unduh Filenya DISINI
Editing By : Enong

0 comments :

Posting Komentar

ALL OF SPACE LINK PAY TO CLIC Or Internet Marketing

JOIN WITH EASYHITS4U The Most Popular Traffic Exchange KLIK ME Please $6.00 Welcome Survey After Free Registration!